Apakah Homoseksual Itu?
Tingkah laku homoseks adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan normal
dalam mendapatkan kasih sayang, penerimaan dan identitas, melalui
keintiman seksual dengan orang yang berjenis kelamin sama. Walaupun
faktor-faktor yang menentukan perkembangan orientasi seksual merupakan
hal yang kompleks dan terselubung, pengalaman kami menunjukkan bahwa
salah satu akar utama dari homoseksualitas adalah hancurnya ikatan
hubungan pada masa kecil seseorang. Hubungan yang terputus ini
mengganggu kemampuan perkembangan dirinya untuk dengan sehat dapat
berhubungan dengan orang lain sepanjang hidupnya.
Rasa
aman seorang anak bergantung pada tiga hubungan; hubungan dengan
ibunya, hubungan dengan ayahnya, dan hubungan antara kedua orang tuanya.
Segala sesuatu yang mengganggu hubungan ini dapat menimbulkan perasaan
tidak aman pada anak, yang pada akhirnya menghilangkan perasaan
dibutuhkan dan didukung yang sebenarnya sangat vital bagi perkembangan
identitas sebagai laki-laki atau perempuan.
Bila
anak tidak mendapatkan atau bahkan tidak punya hubungan emosional dengan
ayah atau ibunya, anak itu akan mengalami perasaan tidak aman – ia
merindukan kedekatan dan perlindungan yang tidak didapatkannya dari
orang tuanya. Atau akan lebih buruk lagi bila ia pernah mengalami
pelecehan seksual. Ia akan semakin tidak mampu untuk membangun ikatan
dengan orang lain.
Seorang anak bisa saja
memisahkan diri dari orang tuanya atau orang dewasa lain demi
menghindarkan dirinya dari penderitaan atau kekecewaan. Keadaan ini
mungkin akan membuat ia takut akan keintiman, atau mengisolasikan diri
dari orang lain, atau iri hati akan hal-hal yang tak dimilikinya; dan
ini akan semakin menambah perasaan tidak berharga dan tertolak yang
sebelumnya sudah tersimpan di dalam dirinya.
Semua
situasi ini menimbulkan kebutuhan yang sangat besar akan dukungan
(afirmasi) dan kasih sayang. Biasanya ketertarikan dengan seks sejenis
mulai terjadi pada usia sepuluh tahun; hal ini karena emosi, bukan
karena keinginan seks dan tidak terjadi secara sukarela juga. Ketika
telah dewasa secara seksual, kebutuhan ini semakin menggebu dan erotis;
keintiman seksual menjadi sarana utama untuk mendapatkan perasaan
dicintai dan didukung.
Akibatnya, perbuatan seks
memberikan rasa semu bahwa dia benar-benar diterima dan aman. Semua
yang mendatangkan kasih sayang diterima, orang yang memberikan kasih
sayang dijadikan idola, perasaan yang sakit ditutupi dengan kesenangan,
dan konsep diri sementara dibangkitkan – menjadi kelegaan sesaat dari
kebingungan atas identitas diri.
Mendapatkan Kelengkapan
Jadi,
keadaan homoseksual merupakan sebuah akibat dari begitu banyaknya luka,
baik yang nyata atau pun hanya menurut persepsinya saja, yang dialami
anak karena adanya hubungan yang hancur. Tingkah laku homoseks adalah
tindakan yang muncul karena “anak yang sakit hati” ini ingin
memenuhi kebutuhan kasihnya. Mungkin orang itu tidak menyadari bahwa
hubungan seksual tidak akan dapat memenuhi kebutuhan akan kelengkapan
dan keakraban antar sesama, yang merupakan kebutuhan yang paling
mendalam pada jiwa manusia.
Hasil dari usaha
untuk memenuhi kebutuhan dengan cara hubungan homoseksual adalah
kesepian; orang itu akan semakin terpisah dan hancur dalam kesakitan.
Akibat lainnya adalah kebingungan emosi, menyalahkan Tuhan karena
perasaan terluka dan telah “menciptakan dirinya sebagai homoseksual”.
Semua ini menghalangi kemampuan orang yang mengalaminya untuk dapat
mempercayai Sang Pencipta dan merasakan keakraban yang telah disediakan
olehNya untuk memberikan kenyamanan dan perlindungan atas kebutuhan
terdalam yang belum terpenuhi.
Apakah “mereka” memang lahir begitu?
Kitab
Suci mengajarkan bahwa Tuhan menginginkan laki-laki dan perempuan
mengalami hubungan yang utuh – yang menghindarkan dari kesepian –
melalui kesatuan dengan pasangan yang berlainan jenis dan merupakan
penolong yang sejati dan pasangan seumur hidup.
“Maka
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya…laki-laki dan
perempuan diciptakan-Nya mereka…TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik,
kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan dia.’” (Kejadian 1:27, 2:18)
Homoseksualitas
adalah hubungan yang salah, seperti dinyatakan dalam Kitab Suci,
bertentangan dengan tujuan kreatif Tuhan atas seksualitas manusia.
Dengan demikian kita bisa pastikan bahwa homoseksualitas bukan hasil
dari penciptaan yang dilakukan oleh Tuhan.
Benarkah
terbentuk sebelum dilahirkan? Sangat banyak penelitian telah dilakukan
untuk melihat potensi genetis maupun peran hormon sebagai penyebab
homoseksualitas. Tidak satu pun yang terbukti. Penelitian masih
berlanjut, dan hampir semua ahli menunjukkan bahwa berbagai hal yang
mempengaruhi itu adalah budaya, asal muasal keluarga, faktor biologis,
dan reaksi seseorang terhadap pengaruh-pengaruh yang ada.
Kami di Pelayanan Desert Stream
(di Amerika Serikat) percaya bahwa faktor-faktor biologis memang
mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Kepribadian kita
kemudian menentukan sebagian dari bagaimana dan mengapa kita menanggapi
pengaruh yang ada di sekitar kita. Pada beberapa kepribadian, ditambah
faktor-faktor lain yang ada, mungkin memang ada kecenderungan untuk
sedikit lebih mudah berkembang ke arah homoseksual.
Adalah harapan untuk disembuhkan?
Homoseksualitas
nyata sekali merupakan sebuah kondisi yang berlipat ganda. Dunia yang
rusak menimbulkan luka, ketakutan, kebingungan identitas dan
keterasingan. Orang-orang bereaksi dengan mengambil pilihan yang
berdosa sebagai usaha untuk pulih dari kehancuran dan untuk mendapatkan
penghiburan di tengah deraan rasa sakit dan tekanan kebutuhan. Sayang
tujuannya tetap tidak tercapai; yang semula menjanjikan, ternyata
berakhir pada kenyataan yang sangat mengerikan.
Yesus
Kristus adalah sebuah pilihan jalan keluar. Yesus menyatakan
permasalahannya – yaitu manusia terbatas pada dirinya sendiri – dan
Yesus menawarkan sebuah jalan di mana kita bisa mendapatkan pemenuhan di
dalam Tuhan dan umatNya. Dengan melepaskan kita dari belenggu masa
lalu, Yesus membebaskan kita untuk hidup sebagai suatu ciptaan baru, dan
Roh Suci yang menjalankan semua perubahan yang terjadi dalam hidup kita
itu.
Rahmat Yesus Kristus adalah cukup bagi
kita, kekuatanNya sangat sesuai dengan kelemahan kita. Ia menyediakan
sebuah dasar yang kuat bagi identitas kita yang baru – menjadi sebuah
pusat yang benar-benar nyata dan dapat dirasakan. Semakin kita dekat
denganNya, kita semakin dimampukan untuk memancarkan gambaranNya atas
kemanusiaan kita dan terus-menerus bertumbuh.
Tujuan
dari pertumbuhan kita adalah kemerdekaan untuk mengasihi dengan benar:
Suatu hubungan yang intim namun bukan erotis (non-seksual) terhadap
manusia lain yang berjenis kelamin sejenis dengan kita, dan agar mampu
berhadapan dengan lawan jenis kelamin kita tanpa rasa ketakutan atau
ketidaksukaan. Sebagaimana kami di Pelayanan Desert Stream
yakin bahwa Yesus memberikan kasihNya kepada kita, kami merasakan juga
kekuatanNya mengalir dalam hidup kita dan dalam hidup mereka yang
merindukan kebebasan dari homoseksualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar